Advertisement

  • Menjadi Orang Kaya Dengan Memperkaya Hati

    ليس الغنى لكثرة العرض و لكن الغنى غنى النفس ( الحديث )

    Mereka adalah orang yang sangat kaya. Lebih kaya dari siapapun juga di dunia. Bukan dengan uang, perusahaan, atau harta benda lainnya. Mereka menjadi orang kaya dengan memperkaya hati mereka

    Ada orang-orang yang meski hidupnya sering dipandang serba berkekurangan, namun mereka tetap tenang menjalani hidup. Kedamaian jiwa senantiasa menyelimuti hari-harinya sementara disaat yang sama pula tekanan hidup seolah tak hentinya menghantui. Mereka, tak pernah merasa khawatir, takut, gelisah bahkan putus asa mengukur jalan panjang kehidupan yang bagi sebagian orang lainnya sering terlihat begitu berat dan menyesakkan. Ujian dan cobaan yang datang silih berganti tak membuat mereka lelah apalagi berpikir untuk mengakhiri hidup. Goretan-goretan perjuangan pun bahkan tampak jelas dari derasnya peluh yang mengalir. Demikian pula, kepahitgetiran hidup tak pernah memaksa mereka membutakan mata untuk melakukan perbuatan jahat.

    Mereka tak berpangkat dan jabatan, juga tak berpenghasilan memadai dimata orang-orang berlebih. Perjalanan mereka tetap terasa sejuk dan menyenangkan tanpa kendaraan pribadi, tak menaruh keceriaan hidup pada tempat-tempat rekreasi. Bagi mereka, berkumpul dan bercanda penuh suka cita dengan seluruh keluarga sudah menjadi rekreasi yang memuaskan. Bukan sepatu dan pakaian bagus, tapi cukup dengan memastikan tak satupun anggota keluarga mereka yang bersedih hati dihari itu, dijamin senyum pun terkembang. Makan hidangan ala kadarnya di rumah bersama segenap anggota keluarga, bagi mereka jauh lebih nikmat dengan membayar mahal sebuah tempat makan di luar yang bercampur dengan orang lain.

    Sementara di seberang kehidupan mereka, ada orang-orang yang menggantungkan kebahagiaannya pada banyaknya harta yang mereka miliki. Tak pernah ada kata cukup dalam hal kepemilikan, karena dalam kehidupan mereka, kebutuhan akan kepuasan hidup terus berpacu dengan semakin giatnya pencarian kekayaan. Hingga akhirnya, mereka selalu gelisah atau khawatir akan hidup kekurangan, bahkan ketakterkecukupan menjadi suatu yang menakutkan untuk sejauh mungkin dihindari. Bukan tidak mungkin, rasa takut akan datangnya orang yang merampas paksa harta mereka, kerap menghantui malam-malamnya.

    Tentu saja tidak semua orang-orang berkecukupan mengalami keterhenyakan hati seperti diatas, sebagaimana halnya tidak semua orang-orang miskin mampu mengendalikan setiap tekanan yang memang tak bosan menghampirinya. Perbedaannya hanya pada hati, seberapa kaya hati mereka sehingga bisa melepaskan semua belenggu material yang menghinggapi, seberapa kaya hati mereka sehingga mampu menguasai dan mengendalikan nafsu dan keinginan-keinginan yang sering kali tak terbendung. Untuk kita, seberapa kaya juga hati-hati dipersiapkan untuk dapat terus bertahan dengan segala cobaan hidup yang jelas-jelas mustahil tidak ada.

    Perkayalah hati ini dengan dzikir yang membasahi lembar-lembar hati yang sudah kering. Sejukkan dia dengan keheningan malam-malam yang tak terlewati dalam simpuh di kaki-Nya, dimana ada butir-butir tangis yang meruntuhkan kesombongan dan mengembalikan kesadaran kita akan tempat kembali. Rasulullah Muhammad Saw telah mencontohkan kepada kita soal kekayaan hati dengan memperbanyak mengingat Allah, sehingga meski sebagai manusia mulia yang begitu dihormati pengikutnya, ia memiliki peluang untuk hidup berlebih, namun kesederhanaanlah yang menjadi pilihannya. Ia juga yang mengajarkan kita untuk selalu takut akan adzab Allah dengan memperbanyak memohon ampunan-Nya.

    Di Inggris pernah ada pencuri yang begitu sangat didambakan oleh para konglomerat. Media pers kerap memberitakan soal pencuri tersebut karena prestasi dan keberhasilannya menyatroni rumah-rumah para konglomerat. Uniknya, memang pencuri ini spesialis pembobol rumah para konglomerat, sehingga setiap ia tertangkap di pagi hari, petang harinya seorang konglomerat lainnya sudah menebusnya keluar dari penjara dengan satu syarat, bahwa ia harus membobol rumahnya malam ini. Tentu saja yang dicari para konglomerat itu adalah pengakuan bahwa dirinya memang kaya raya sehingga pantas didatangi oleh raja pencuri itu. Tentu saja, bukan model seperti ini pemberian yang kita lakukan kepada orang lain, bukan pemberian yang semakin mempertegas jarak si miskin dan si kaya, memperjelas status bahwa yang memberi adalah orang berpunya yang harus dihormati oleh orang yang menerima.

    Sungguh kasihan orang-orang yang kaya materi namun hatinya begitu miskin, karena harta yang dimilikinya tak selamanya mampu menenangkan hati mereka. Bahkan mungkin hati mereka begitu tersiksa karena telah begitu lama dikendalikan oleh materi, bukan sebaliknya bahwa merekalah yang seharusnya memegang kendali. Atau bisa jadi mereka tak pernah menyadari hatinya begitu miskin. Tangisan hatinya yang setiap hari, tak pernah terdengar karena tertutup oleh hingar bingar kesibukannya memperkaya jasad, tidakkah ia tahu bahwa hatinya sangat iri untuk juga ingin dicukupi?

    Sementara itu, sungguh malang nian orang-orang yang memang tidak memiliki apa- apa dalam kehidupan dunianya, tetapi terus membiarkan hatinya kering tanpa setitikpun kegemerlapan hati. Padahal ia sangat mungkin memperkaya hatinya dengan cara dan kemampuan mereka sendiri. Merasa cukup dengan apa yang dimilikinya (qonaah) dan rendah hati (tawadhu') karena memang tak ada yang patut disombongkan, berusaha dan bekerja tanpa mengandalkan dua tangan yang terus dibawah dalam posisi menerima, tidak merasa rendah diri dan menyesali ketentuan yang diberikan Allah, dan senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhannya agar tak lekas berputus asa atas setiap cobaan yang diterimanya. Bukankah dengan demikian mereka mampu membuktikan siapa yang kaya sebenar-benarnya kaya? Wallahu a'lam bishshowaab

0 komentar:

Leave a Reply

Arsip Blog

Pengikut

Featured Video

Photos