Advertisement

  • EFEK POSITIF AL QUR’AN dalam PERSPEKTIF ILMUWAN

    “Dan apabila dibacakan al-Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Q.S. al A’raf : 204)

    Al-Qur’an memiliki banyak aspek keistimewaan dan kemukjizatan, Salah satunya adalah aspek psikologis. al-Qur’an diyakini sebagai satu-satunya kitab suci yang memiliki energy daya gubah dan gubah yang sangat luar biasa, serta sejenis pengaruh yang dapat melemahkan dan menguatkan jiwa seseorang. Peristiwa masuk Islamnya sayyidina Umar bin Khattab ra setelah membaca lembaran ayat-ayat al-Qur’an menjadi bukti kemukjizatan al-Qur’an secara psikologis ini.
    Allah swt berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (Q.S. Al-Anfaal : 2)
    Selain fakta historis di atas, ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh DR. Ahmad al-Qadhi tentang pengaruh ayat-ayat al-Qur’an terhadap kondisi psikologis dan fisologis manusia. Ia membuktikan bahwa al-Qur’an mampu menciptakan ketenangan batin (psikologi) dan mereduksi ketegangan-ketegangan saraf (fisiologis).
    Penelitian ini dilakukan terhadap lima sukarelawan non-muslim yang berusia antara 17-40 tahun dengan menggunakan alat ukur stress jenis MEDAQ 2002 (Medical Data Quetient) yang dilengkapi dengan software dan system detector elektronik hasil pengembangan Pusat Kedokteran Universitas Boston Amerika Serikat.
    Sebelum penelitian dimulai, setiap responden dipasangi empat jarum elektrik di tubuh masing-masing yang dikoneksikan ke mesin pengukur berbasis komputer. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi gelombang elektromagnetik dan mengukur reaksi urat saraf reflektif pada masing-masing organ tubuh responden.
    Pada uji coba pertama, kelima responden diperdengarkan 85 ayat kali ayat-ayat al-Qur’an secara mujawwad (tanpa lagu). Pada percobaan kedua, mereka diperdengarkan 85 kali kalimat-kalimat berbahasa arab biasa (bukan al-Qur’an) secara mujawwad. Pada percobaan ketiga 40 kali responden dibiarkan duduk membisu tanpa diperdengarkan apa-apa sambil menutup mata. Hasilnya, 65% responden yang mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an mendapat ketenangan batin dan ketegangan syarafnya turun hingga 97%.
    Selain berpengaruh pada orang dewasa, al-Qur’an juga memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam seminar Konseling dan Pesikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang diperdengarkan ayat-ayat al-Qur’an dari tape recorder kepadanya, menunjukan respon tersenyum dan menjadi lebih tenang.
    Disamping sebagai potret jiwa dan raga, al-Qur’an juga berfungsi sebagai obat/terapi psikologis. Efek penyembuhan dengan memperdengarkan ayat-ayat al-Qur’an atau meminta pasien untuk membacanya terbukti sangat luar biasa.
    Al-Hafidz Abu Bakar Ibn Sunni menyampaikan sebuah riwayat dari Abdurrahman Ibn Abi Laila disebutkan, pernah seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah saw. dan berkata: ”saudaraku sedang sakit wahai Rasulullah”. Nabi bertanya: “sakit apa saudaramu?” “sejenis penyakit hilang ingatan (gila)”, jawab laki-laki tersebut. lalu Rasul berkata: “bawalah Ia kepadaku” setelah si pasien dihadapkan kepada Rasul, lalu beliau memberikan terapi dengan memperdengarkan ayat-ayat al-Qur,an dari surah al-Fatihah, al-Baqarah ayat 2-5, 163-164, 225, 384-286, Ali Imran ayat 2 & 18, al-A’raf ayat 54, al-Mu’minun ayat 116, al-Jin ayat 3, al-Hasyr ayat 22-24, al-Ikhlas ayat 1-4, al-Falaq ayat 1-5, an-Nas ayat 1-6, setelah beberapa kali diterapi, si pasien sembuh dan normal kembali.
    Efek positif al-Qur’an secara psikolgis hanya akan berpengaruh pada orang yang benar-benar mampu bersahabat akrab dengannya. Bentuk keakraban dengan al-Quran tersebut bisa dengan membaca, menghayati dan mengamalkannya dengan penuh keyakinan, disiplin dan kontinyu (istiqomah).
    Membaca al-Qur’an dengan memahami maknanya melalui tafsir dan takwil dengan bimbingan seorang ustadz akan menghasilkan pencegahan, perlindungan dan penyembuhan dari banyak penyakit psikologis. Segala penyebab gangguan psikologis dan terganggunya eksistensi kejiwaan akan lenyap dengan menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup.
    Ketika seseorang mampu menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup, berarti ia telah memiliki kepribadian Qur’ani. Kepribadian semacam ini diperoleh ketika seseorang telah berrhasil mentransformasikan isi kandungan al-Qur’an ke dalam dirinya, untuk kemudian diinternalisasikan dalam kehidupan nyata. Proses transformasi dan internalisasi tersebt harus tercermin dalam semua dimensi nilai-nilai al-Qur’an yaitu dimensi I’tiqodiyah (keimanan), Khuluqiyah (etika) dan Amaliayah (perilaku).
    Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki al-Quran. Selain menjadi sebuah ibadah dalam membacanya, bacaanya juga memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, maka bacaan al-quran lebih dari itu karena selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan al-quran juga mempengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).
    Oleh karena itu, marilah kita membudayakan gemar baca al-Qur’an dalam diri kita, keluarga, teman dan masyarakat di sekitar kita karena sungguh merupakan sebuah kerugian yang besar jika kita hanya menjadikan mushaf al-Qur’an sebagai koleksi dan hiasan rumah saja, tanpa pernah dijamah dan dibaca. Semoga Allah swt. Menanamkan kecintaan membaca mempelajari al-Qur’an dalam diri kita, keluarga kita, teman kita dan seluruh umat muslimin, Amin.

0 komentar:

Leave a Reply

Arsip Blog

Pengikut

Featured Video

Photos