Advertisement

  • AIR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

    Pada abad 21 ini dunia dikejutkan oleh penemuan-penemuan baru yang berhubungan dengan air. Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama, Jepang, telah melakukan sebuah penelitian tentang air. Hasilnya? Ternyata air bisa memahami kata-kata. Dia memberikan air berbagai informasi, membekukan air, lalu mengambil gambar kristalnya. Hasilnya sangat menarik. Dia terus-menerus menemukan bahwa air merespons kata-kata positif dengan membentuk kristal yang indah. Jika air ingin menunjukkan perasaan senang, kristalnya akan merekah seperti bunga. Sebaliknya, jika air diperlihatkan kata-kata negatif, ia tidak akan membantuk kristal. (Masaru Emoto, The True Power of Water)
    Lain lagi yang dialami oleh Mr. Jacques Yves Costeau, seorang ahli Oceanografhy dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding yang membatasi keduanya. ( “Keajaiban Al-Qur’an - Air asin dan Air Tawar”, www.lautanku htm. )
    Kedua peristiwa aneh di atas menjadi inspirasi tulisan ini untuk melihatnya dalam perspektif Al Qur'an, dengan menggunakan pendekatan tafsir maudhu’i (tematik).
    Dr. Masaru Emoto mengatakan pada konsep terbentuknya manusia, telur yang dibuahi 96%-nya adalah air. Setelah lahir, 80% tubuh seorang bayi adalah air. Semakin tubuh manusia berkembang, persentase air berkurang dan menetap sampai batas 70% ketika manusia mencapai usia dewasa ( Masaru Emoto, op.cit., h. 17).
    Pada zaman kemajuan sains sekarang ini kita mengetahui bahwa sitoplasma, substansi dasar dari sel, 80%-nya terdiri dari air. Mungkinkah empat belas abad yang silam manusia bisa menebak bahwa setiap makhluk hidup terdiri dari air? Lebih dari itu, apakah tebakan semacam itu bisa terbayangkan oleh seorang manusia yang hidup di gurun pasir Arab, tempat kelangkaan air selalu terjadi? Ayat yang berikut ini menyebutkan bahwa penciptaan binatang adalah dari air:
      •   •
    “Dan Allah Telah menciptakan semua jenis hewan dari air.” ( Q.S. An-Nuur: 45)
    Ayat berikut ini mengacu pada penciptaan manusia dari air:
                 
    “Dan dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.” (Q.S.Al-Furqan: 54).

        •          •      
    “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Q.S. Al-Anbiya’: 30)
    Bila kita merasakan bahwa mungkin udara lah yang menjadi kebutuhan paling pokok dalam hidup, yaitu udara yang dihirup sewaktu bernafas, maka udara yang dimaksud inipun berasal dari air.
    Sewaktu ibu-ibu merebus air di dapur, kita lihat air mendidih di dalam belanga, air tersebut berubah menjadi udara, secara kimiawi terjadi proses penguraian sebagai berikut:


    2H2O dipanaskan 2H2 +O2
    dipanaskan kurang-lebih 100°C

    Oksigen (O2) inilah yang kita hirup dalam bernafas, bahkan apipun tidak dapat hidup tanpa adanya O2 dan O2 berasal dari air. Dengan demikian bila Nabi Allah Isa AS, walaupun terjadi dengan kalimat-Nya tetapi disampaikan melalui tiupan. Sedangkan tiupan dalam ayat tersebut bukan hanya udara (angin) tetapi juga air, sebagaimana reaksi kimia di atas. Jadi memang airlah yang menjadi sumber hidup dan kehidupan.

    Air Bukan Sekedar Benda Mati
    Sebagaimana sudah disebutkan di atas, Dr. Masaru Emoto melakukan penelitian tentang perilaku air. Sebagai contoh, ketika ia menunjukkan kata “bahagia” kepada air maka air akan membentuk kristal dengan ukuran seimbang yang sangat indah seperti potongan permata. Sebaliknya, air yang diperlihatkan kata “tidak bahagia” akan menghasilkan pecahan kristal dengan ukuran yang tidak seimbang. (Masaru Emoto, op.cit., h.15).
    Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan “peace” di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Subhanallah.
    Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya.
    Ternyata air bisa “mendengar” kata-kata, bisa “membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” pesan. Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan bisa menyembuhkan si sakit.
    Rasulullah saw. bersabda, “Ma’u Zamzam lima syuriba lahu”, “Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya”. Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh.
    Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi Ibrahim a.s.
    Bila kita renungkan berpuluh ayat Al-Quran tentang air, kita akan tersentak bahwa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air. Bahwa air tidak sekadar benda mati. Dia menyimpan kekuatan, daya rekam, daya penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang menunggu disingkap manusia. Islam adalah agama yang paling melekat dengan air.
    Shalat wajib perlu air wudlu 5 kali sehari. Habis bercampur suami istri wajib mandi. Allah berfirman:
              
               .
    “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah,” (Q.S. Al-Maidah: 6).

    Air Asin Dan Air Tawar
    Mr. Jacques Yves Costeau, pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding yang membatasi keduanya.
    Fenomena ganjil itu memukau Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinasi atau khayalan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
    Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al-Quran tentang bertemunya dua lautan yang berbunyi:
            
    “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing ” (Q.S. Ar-Rahman:19-20)
    Kemudian dibacakan surat Al-Furqan ayat 53 :
                   

    Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir; yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.
    Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Nabi Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.
    Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 21. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al-Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam. Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Wallahu a’lam.

0 komentar:

Leave a Reply

Arsip Blog

Pengikut

Featured Video

Photos